Demikianlahsahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian Makkiyah dan Madaniyah, Dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah dan karakteristik Makkiyah dan Madaniyah. Sumber Modul 1 Materi Al-Quran Hadits PPG dalam Jabatan Tahun 2019 Kementerian Agama Republik Indonesia JAKARTA 2019. Kunjungilah selalu bermanfaat. Aamiin.
ArticlePDF Available AbstractThis article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which deal with the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into two periods, namely Makkah period before hijrah and Madinah period after hijrah. According to Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods of revelation contains different doctrines and teachings. Makkah period Makkiyah expressed a universal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah period Madaniyyah, is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophet and his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community. Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state and new community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with law and regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non-muslim words concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’an ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataan menjadi dua periode, yaitu periode Makkah sebelum hijrah dan periode Madinah setelah hijrah. Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, dua periode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang Mekah Makkiyah menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme periode Madinah Madaniyyah, dianggap sektarian dan periode ini, nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit dan ketat untuk mengelola negara baru dan komunitas menyatakan bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selama periode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas kunci konsep, periode Mekkah, periode Madinah, Alquran Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 1Konsep Makkiyah dan MadaniyyahDalam Al-Qur’anSebuah Analisis Historis-FilosofisM. Bekti Khudari This article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which dealwith the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into twoperiods, namely Makkah period before hijrah and Madinah period after hijrah. Accordingto Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods ofrevelation contains different doctrines and teachings. Makkah period Makkiyah expressed auniversal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah periodMadaniyyah, is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophetand his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community .Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state andnew community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with lawand regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non -muslim words concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’anAbstrak. Artikel ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'anyang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataanmenjadi dua periode, yaitu periode Makkah sebelum hijrah dan periode Madinah setelahhijrah. Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, duaperiode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang berbeda. Periode MekahMakkiyah menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme Islam. Padahal,periode Madinah Madaniyyah, dianggap sektarian dan diskriminatif. Pada periode ini,nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan multi-budaya. Oleh karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit danketat untuk mengelola negara baru dan komunitas baru. An-Na'im menyatakan bahwaayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selamaperiode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas kunci konsep, periode Mekkah, periode Madinah, AlquranA. PendahuluanAl-Qur’an bagi kaum muslimin adalah“verbum dei” Kalam Allah yangdiwahyukan kepada nabi Muhammad perantaraan Jibril selama kuranglebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci inimemiliki kekuatan luar biasa yang beradadiluar kemampuan apapun “Seandainya kami turunkan al-Qur’an inikepada sebuah gunung, maka kamu akanmelihatnya tunduk terpecah-pecah karenagentar kepada Allah” QS. al-Hasyr[59]21. Kandungan pesan Ilahi POTRET PEMIKIRAN – No. 1, Januari - Juni 2016OTRET PEMIKIRAN - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018urnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018yang disampaikan Nabi Saw. padapermulaan abad ke-7 M. itu telahmeletakkan basis untuk kehidupanindividual dan sosial kaum muslimindalam segala aspeknya. Bahkanmasyarakat muslim mengawalieksistensinya dan memperoleh kekuatanhidup dengan merespon dakwah al-Qur’an. Itulah sebabnya al-Qur’an beradatepat di jantung kepercayaan muslim danberbagai pengalaman keagamaanya. Tanpapemahaman yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran dankebudayaan kaum muslimin tentunyaakan sulit hal ini,kiranya kita perlu memahami lebih jauhaspek kesejarahan al-Qur’an, karenabagaimanapun al-Qur’an diturunkandalam perspektif realitas masyarakat Arabwaktu itu. Meminjam istilah Prof. AminAbdullah bahwa teks al-Qur’an tidak bisadilepaskan dari konteks masyarakat –ruang dan waktu – di mana al-Qur’an ituturun. Inilah yang akan dibahas secararingkas dalam tulisan Konsep Makkiyah dan MadaniyyahSecara kronologis periode turunya al-Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu; periodeMakkah makkiyah dan periode MadinahMadaniyyah. Pembagian seperti inididasarkan atas dua parameter yaitu,tempat al-makan dan waktu al-zaman.Menurut Abdullahi Ahmed An-Na’im,pesan yang terkandung dalam ayat-ayatMakkiyah merupakan pesan Islam yangabadi dan fundamental, yang menekankanmartabat yang inheren pada seluruh umatmanusia, tanpa membedakan jeniskelamin gender, keyakinan agama, danras. Pesan-pesan ini ditandai denganpersamaan antara laki-laki danperempuan dan kebebasan penuh untuk1Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Yogyakarta FkBA, 2000, dalam beragama dan keimanan,prinsipnya adalah ishmah’, kebebasanuntuk memilih tanpa ancaman ataubayangan kekerasan dan paksaan pesan Madinah adalahkompromi praktis dan realistis, ketikatingkat tertinggi dari pesan Makkah tidakdapat diterima oleh masyarakat-sejarahabad VII M. Oleh karena itu, kalau ayat-ayat yang turun dalam periode Makkahdapat disebut sebagai menurut istilah An-Na’im ayat-ayat “universal-egalitarian-demokratis”, maka ayat-ayat Madinahdapatlah dinamai ayat-ayat “sektarian-diskriminatif”.2Hijrah menandai tidak sajaperubahan dramatik dalam pertumbuhanjumlah umat Islam dan pembentukanmasyarakat politik atau negara Islampertama di Madinah; melainkan jugaperalihan yang signifikan dalam materipokok dan isi misi Nabi. Secara umumdisepakati bahwa selama periode Makkahal-Qur’an lebih banyak berisi tentangajaran agama dan moral, tidakmenyatakan norma-norma politik danhukum secara khusus, yang barudikembangkan pada periode tentang perubahan ini adalahkarena pada periode Madinah ini al-Qur’anharus memberikan respon terhadapkebutuhan sosial-politik yang konkritdalam suatu komunitas yang kemerdekaan untukmengembangkan institusi-institusi yangmereka miliki dan menerapkan norma-norma agama baru mereka, umat Islammemerlukan ajaran dan tuntunan normayang lebih Mohamed Taha, seorangpemikir Islam kontemporer dari Sudan,mengatakan bahwa ada perbedaan yang2Abdullahi Ahmed An-Na’im, DekonstruksiSyari’ah, Yogyakarta LKiS, 1994, KONSEP MAKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN – M. Bekti Khudari Lantongsignifikan antara pesan Makkah dan pesanMadinah. Nabi diperintahkan oleh al-Qur’an untuk menyebarkan Islam diMakkah dengan cara damai dan tertutup,sesuai dengan kebebasan penuh untukmemilih, misalnya dalam QS. an-Nahl[16]125, dan QS. al-Kahfi[18] dari pesan Makkah menekankanpada nilai-nilai keadilan dan persamaanyang fundamental dan martabat yangmelekat pada seluruh manusia. Sebagaicontoh, al-Qur’an selama periode Makkahselau menyapa seluruh manusia,menggunakan kata-kata seperti; “Wahaimanusia” dan “wahai anak Adam”.Sedangkan pesan Madinah mulaimembedakan antara laki-laki danperempuan, umat Islam dan non-muslim,dalam status hukum dan hak mereka didepan hukum. Semua ayat yang menjadidasar diskriminasi terhadap perempuandan non-muslim merupakan ayat-ayatMadinah. Sebagai contoh, al-Qur’an suratke empat yang dikenal sebagai surat an-Nisa surat tentang perempuan, berisiaturan-aturan yang lebih rinci tentangperkawinan, perceraian, waris dansemacamnya dengan pengaruhdiskriminasinya terhadap perempuan,diwahyukan selama masa tindih antara periode Makkahdan Madinah, lebih mengantarkan padasatu pemahaman tentang perubahangradual ketimbang perubahan yang cepatdalam isi pesan tersebut. Sebagai hasil dariperalihan isi pesan dan metode seruanya,beberapa orang berpura-pura masuk Islamtanpa keyakinan murni yang ini sebagian besar secara jelasditunjukan oleh acuan al-Qur’an yangberulang-ulang pada kalimat al-munafiqunkaum munafik dalam wahyu Madinah,4Mahmoud Mohamed Taha, The SecondMessage of Islam, Syracuse Syracuse University Press,1987, dalam wahyu Makkah tidak adaayat semacam itu. Dengan berkurangnyatingkat atau bentuk kekerasan selamaperiode Makkah, orang memilikikebebasan penuh untuk memeluk Islamatau menolaknya. Dengan hilangnyatingkat kebebasan secara gradual selamaperiode Madinah, banyak orang kafirmenunjukkan iman pada tampak luarnyauntuk menghindarkan akibat negatifmenyelamatkan diri bila merekamenampakkan Konsepsi Al-Qur’an Tentang Non-Muslim Analisis Historis-FilosofisIslam dilahirkan dalam suatulingkungan yang amat keras, danmenerima reaksi yang sangat bermusuhan,berbagai ancaman dan serangan dari suku-suku Arab abad ke-VII, karena itu umatIslam awal harus berperang untuk tetapbertahan. Nabi dan para sahabat akhirnyamenguasai seluruh jazirah Arab beberapasaat menjelang wafatnya. Normahubungan antar suku yang ada sangattergantung pada penggunaan atauancaman penggunaan kekuatan forceuntuk mempertahankan berbagai hakbahkan hak untuk ancaman kekerasan jugamerupakan norma di kalangan berbagaientitas atau sistem politik kawasan itu,termasuk dua imperium raksasa sebelahTimur Laut dan Barat Laut Arabia,Sasaniah dan Bizantium imperiumRomawi. Sehingga, ketika negara Islampertama dibangun di Arabia pada abad VII,kekerasan merupakan metode dasar untukmengatur “hubungan-hubunganinternasional”. Oleh karena itu, tidak dapatdielakkan bahwa Islam mengesahkanpenggunaan kekerasan dalam hubungan-5Haykal, Life of Muhammad, h. 15-16 dan FredM. Donner, The Early Islamic Conquest, PrincetonPrinceton University Press, 1981, h. 20ff POTRET PEMIKIRAN – No. 1, Januari - Juni 2016OTRET PEMIKIRAN - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018urnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018hubungan muslim dengan dalam melakukan itu syari’ahmemperkenalkan norma-norma baruuntuk mengontrol berbagai alasan untukmelakukan peperangan, juga dalampraktik perang di kalangan suku-suku Arabia dan entitas politik kawasantersebut didorong oleh pertimbangan-pertimbangan seperti kehormatan suku,perebutan wilayah dan ketamakanekonomi, maka syari’ah al-Qur’anmembatasi penggunaan kekerasan dalamhubungan internasional, hanya untukmempertahankan diri dan penyebaranagama Islam. Bagi umat Islam, hanya itulahalasan yang sah untuk melakukan umat Islam dibatasi olehketentuan-ketentuan yang mengaturperang yang benar. Sebagai contoh,sebelum menggunakan kekerasan dalammenyebarkan Islam, mereka dituntutuntuk menawarkan sisi lain dari manfaatmemeluk kepercayaan itu tanpa harusberperang. Jika peperangan tidak dapatdielakkan, maka dibatasi hanya terhadappasukan tentara yang bertugas berperangdan hanya dilakukan di medan ayat al-Qur’an yangdiwahyukan setelah hijrah ke Madinahpada tahun 622 M menekankan kohesiinternal komunitas muslim dan berusahamembedakannya dari komunitas-komunitas lain dalam term-termpermusuhan dan antagonistik. Selamamasa Madinah, al-Qur’an berulang-ulangmemerintahkan umat Islam untuk salingmenolong antara satu dengan yang laindan untuk tidak tolong menolong dengannon-muslim, serta memerangi merekayang berkawan dan bersekutu dengannon-muslim. Sehingga ayat-ayat al-Qur’ansurat al-Imran[3]28, an-Nisa[4]144, al-6Khadduri dan Liebesny, Law in the MiddleEast, h. at-Taubah[9]23 dan 71,dan surat al-Mumtahanah[60]1mewajibkan umat Islam menghindarikaum kafir sebagai awliya’ kawan,pembantu dan pendukung sertamemerintahkan pertemanan danmendorong kerjasama diantara umatIslam sendiri. Demikian pula, surat al-Maidah[5]51 menginstruksikan kaummuslim untuk tidak mengambil kaumYahudi dan Kristen sebagai pelindungawliya, seperti mereka memperlakukanumat Islam yang lain, dan barang siapa –orang Islam – yang bekerja sama denganmereka bersahabat, maka ia menjadisalah seorang dari golongan tersebut dan sunnah yangterkait menyatakan konteks umumdimana sumber-sumber yang secarakhusus berhubungan dengan penggunaankekuatan terhadap non-muslim dipahamidan diterapkan oleh umat Islam di atas yang berkenaan denganlarangan untuk bergaul dan bekerja samadengan kaum Yahudi dan Kristen dalamsegala hal, diwahyukan selama periodeMadinah, bukan periode Makkah itu harus dilihat sebagaidorongan psikologis untukmempertahankan hidup dan kohesi umatIslam yang mudah diserang, dalam suatulingkungan sosial dan fisik yang keras yang umum dipakaimenyangkut penggunaan kekerasan dalamhubungan internasional adalah jihad. Artiharfiah kata jihad adalah pengerahan dayadan upaya, termasuk – tetapi tidak hanya –perang. Sehingga, di satu pihak, baik al -Qur’an maupun sunnah menggunakanistilah jihad dalam pengertian lebih luastentang pengerahan kekuatan, namunterkadang sama sekali tidak terkait denganpenggunaan kekerasan. Di dalam sejumlahayat al-Qur’an seperti QS. al-Baqarah[2]18, QS. al-Maidah[5]54, dan KONSEP MAKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN – M. Bekti Khudari LantongQS. al-Anfal72, istilah jihad danderivasinya digunakan untuk menyebutpengerahan kekuatan, baik dalampeperangan maupun dalam masa terhadap orang-orang kafir, QS. al-Furqan[25]52 memerintahkan nabi danumat Islam untuk menggunakan al-Qur’andalam jihad terhadap orang kafir. Ini jelasmerujuk pada pengunaan kekuatan danmenurut argumen al-Qur’an, bukankekuatan senjata. Dalam sunnah adapernyataan nabi Saw. yang amat terkenalyang menggambarkan bahwa penggunaankekuatan dalam perang digolongkansebagai jihad kecil jihad al-asghar,sedangkan pengerahan kekuatan dalamperdamaian dan upaya pribadimelaksanakan perintah Islam digolongkansebagai jihad besar jihad al-akbar danagung. Dalam sunnah yang lain, nabimenyatakan bahwa bentuk jihad yangpaling baik adalah mengatakan kebenarandi depan penguasa yang zhalim al-Qur’an yang secara jelasmembenarkan penggunaan kekuatan olehkaum muslimin terhadap non-muslimdiwahyukan di Madinah, setelah nabi danpara sahabatnya berhijrah dari Makkahpada tahun 622M. Menurut perkiraan IbnKatsir dalam tafsirnya yang terkenal, ayat-ayat al-Qur’an yang pertamamemerintahkan kaum musliminmenggunakan kekuatan dalam jihad/qitalterhadap orang kafir adalah QS. al-Baqarah[2]190-193 dan QS. al-Hajj[22]39, yang mungkin diartikanmasing-masing sebagai berikut “Dan perangilah di jalan Allah merekayang memerangi kamu, tetapi janganlahkamu melanggar batas, karenasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Bunuhlahmereka dimana pun kamu jumpai, usirlahmereka dari tempat mereka mengusirkamu dari Makkah; dan fitnah itu lebihbesar bahayanya dari pada pembunuhan,dan janganlah kamu memerangi mereka dimasjid al-Haram, kecuali jika merekamemerangi kamu disana. Maka jika merekamemerangi kamu disana, maka bunuhlahmereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Tetapi jika mereka berhentidari memusuhimu, maka sesungguhnyaAllah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang. Perangilah mereka sehinggatidak ada penindasan lagi dan yang adahanyalah keadilan dan keimanan kepadaAllah; Tetapi jika mereka berhenti darimemusuhimu, maka jangan ada lagipermusuhan, kecuali terhadap orang-orangyang melakukan kezhaliman”.“Telah diizinkan berperang bagiorang-orang yang diperangi, karenasesungguhnya mereka telah dianiaya. Dansesungguhnya Allah benar-benar MahaKuasa menolong mereka itu, yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampunghalaman mereka tanpa alasan yang benar,kecuali karena mereka berkata “Tuhankami hanya Allah”. Dan sekiranya Allahtiada menolak keganasan sebagianmanusia dengan sebagian yang lain,tentulah telah dirobohkan biara -biaraNasrani, gereja-gereja, sinagog-sinagogkaum Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah”.Seluruh surat at-Taubah yangdiidentifikasi oleh Ibn Katsir diwahyukanpada tahun kesembilan hijrah, yaknisekitar tahun 631 M, secara umumditerima sebagai surat yang diturunkanmenjelang penutupan pewahyuan al-Qur’an. Ayat-ayat dalam surat ini, sepertiayat 5, 12, 29, 36, 73, dan 123, berisipembenaran paling jelas bagi penggunaankekuatan untuk melawan non-muslim dansecara umum telah mrngganti nasakhayat-ayat tertentu yang melarang ataumembatasi penggunaan ayat 5 surat ini dikatakan telahmengganti lebih dari seratus ayat al- POTRET PEMIKIRAN – No. 1, Januari - Juni 2016OTRET PEMIKIRAN - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018urnal Penelitian dan Pemikiran Islam – No. 1, Januari - Juni 2018Qur’an yang semula memerintahkan umatIslam untuk menggunakan cara damai danargumentasi untuk meyakinkan orang-orang kafir agar memeluk kesimpulan dapat ditarikdari telaah terhadap al-Qur’anmenyangkut penggunaan kekuatan olehkaum muslim terhadap pertama, adalah bahwa hal inisecara eksklusif sebagai fenomenaMadinah berhubungan dengan periodeMadinah setelah nabi hijrah dari Makkah.Sebaliknya, sebagian besar ayat al-Qur’anyang mempersilakan kebebasan memilihdalam kepercayaan dan kesamaankonsekuensi dan tidak melakukandiskriminasi terhadap non-muslim dalammasalah hukum jika diimplementasikan didalam syari’ah, adalah ayat-ayat periodeMakkah. Sebelum hijrah ke Madinah tahun622 M, tidak ada keabsahan hukum dalamal-Qur’an untuk menggunakan kekuatanterhadap kedua, ada suatuprogres di dalam pembenaran al-Qur’anterhadap penggunaan kekuatan oleh kaummuslim untuk melawan non-muslim daripenggunaan kekuatan untukmempertahankan diri sampai penggunaankekuatan dalam penyebaran Islam. Tetapikarena al-Qur’an surat al-Taubah di antarawahyu terakhir, diambil oleh beberapa ahlihokum muslim untuk menghapus, ataudihapus untuk tujuan syari’ah, seluruhpewahyuan dengan jelas tidak sesuaidengan ayat-ayat al-Qur’ ketiga, Penggunaankekuatan tidak diijinkan kecuali untukmempertahankan diri dan menyebarkanIslam. Sejumlah penulis modernmengklaim bahwa syari’ah mengijinkanpenggunaan kekuatan hanya untuk7Lihat Zayd, al-Naskh fil al-Qur’an al-Karim,1289-501-83; dan Ahmad Hasan, The EarlyDevelopment of Islamic Jurisprudence, h. diri. Klaim ini tidak adadasar fakta baik di dalam al-Qur’anmaupun sunnah. Sampai menjelangwafatnya nabi, pembenaran penggunaankekuatan dalam menyebarkan Islam samaseperti mempertahankan diri. Tidakmasuk akal untuk menyatakan bahwaumat Islam awal sedang dalam keadaanmempertahankan diri ketika merekamenaklukan dan memerintah seluruhwilayah Syria, Irak, Afrika bagian Utaradan Spanyol bagian Selatan di Barat danPersia, serta India bagian Utara di dengan jelas ditunjukkan olehpraktek nabi terakhir dan parakhalifahnya, demikian juga sejarahekspansi Islam, syrai’ah membatasi danmengatur penggunaan kekuatan olehkaum muslim terhadap non-muslim, tidakhanya dalam mempertahankan diri,melainkan juga sebagai sarana demikian, banyak kitatemukan riwayat dari nabi dan khalifahsesudahnya, yang memerintahkan tentaramuslim untuk menawarkan kesempatanpihak non-muslim untuk memeluk mereka menerima tawaran itu, tidakboleh menggunakan kekuatan untukmelawan mereka. Jika pihak non-muslimmenolak ajakan muslim untuk memelukIslam, dan kebetulan mereka Ahli Kitab,maka mereka ditawarkan pada pilihankedua, dimasukkan pada posisi dzimmahdengan kaum muslim, dengan syaratmereka setuju membayar jizyah, dantunduk kepada kedaulatan umat Islamdengan imbalan jaminan jiwa dan hartabenda mereka, serta dibolehkanmempraktekan agama mereka sertamenerapkan hukum mereka KesimpulanPeriode Makkah dan Madinahternyata bukan sekadar rentang tempatdan waktu locus dan tempus semata, KONSEP MAKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN – M. Bekti Khudari Lantongtetapi ia – dengan konteks dan kulturmasyarakat tempat turunya yang berbeda– berakibat pada pemaknaan danpenafsiran yang berbeda pula terhadap al-Qur’an. Sehingga, sejatinya penafsiranterhadap al-Qur’an bukanlah sesuatu yangsudah “final”, melainkan bersifat dinamis,sesuai dinamika dan konteks kehidupanmanusia itu sendiri. Wa Allah a’lam bi PUSTAKAAmal, Taufik Adnan, Rekonstruksi SejarahAl-Qur’an, Yogyakarta FkBA, 2000An-Na’im, Abdullah Ahmed, DekonstruksiSyari’ah Wacana Kebebasan Sipil,HAM dan Hubungan Internasionaldalam Islam Yogyakarta LKiS,1994Haykal, Muhammad Husayn, The Life ofMuhammad, terj. Isma’il al-Faruqi,Indianapolis American TrustPublication, 1976Khadduri, Madjid, and Herbert Liebesny,Law in the Middle East, Middle East Institute, 1955Taha, Mahmoud Mohamed, The SecondMessage of Islam, Syracuse Syracuse University Press, 1987 ... According to Abdullahi Ahmed An-Na'im, the message contained in the Makkiyah verses is an eternal and fundamental message of Islam, which emphasizes the inherent dignity of all humanity, without distinguishing gender gender, religious beliefs, and race. Whereas the message of Medina is a practical and realistic compromise when the highest level of the message of Mecca is unacceptable to the seventh-century historical society of M. [3]. ...Al-Qur'an is the holy book of Muslims whose information is eternal and has miracles that can always be proven by the progress of science and technology that is fast and powerful. The Qur'anic revelation revealed to the Prophet Muhammad for about 23 years left a long, special footprint in the cities of Mecca and Medina. In this Centennial era, some Muslims were preoccupied with technological advances which sometimes led to the neglect of the Qur'an. So that the crisis of knowledge of generations of Muslims about the footsteps of the Prophet Muhammad in receiving the revelation of the Qur'an is very little, This is very dangerous for the unity of Muslims. So that with technological advances we also attract the interest of young people to learn the Qur'an. Augmented Reality technology with the Marker-based tracking method utilizes Qr Code and the use of agile development methods and design using UML so that application developers can produce Augmented Reality applications that can show traces of the decline of the Qur'an in Mecca and Medina. The appearance of Mecca and Medina in the form of 3 dimensions along with asbabunnuzul information causes interest and ease for someone to study the verses of the Qur'an. It is hoped that this application helps to facilitate the generation of Islam in learning and understanding ayat of the Qur' Hakim Afriadi PutraTurunnya al-Qur’an kepada nabi Muhammad secara berangsur-angsur menyiratkan makna khusus yang terkandung di dalamnya. Periodesasi ini sesuai dengan perjalanan dakwah Rasulullah selama di kota Mekah dan Madinah dalam kurun waktu lebih kurang 23 tahun. Artikel ini akan mengkaji dan menganalisa salah satu pisau analisis dalam menafsirkan al-Qur’an, yaitu signifikansi Makkiyah dan Madaniyah. Melaui artikel ini penulis ingin membuktikan bahwa kajian ulumul qur’an tidak hanya berputar pada wilayah normatif dengan kajian yang cenderung stagnan. Akan tetapi kajian ulumul qur’an berkembang dinamis dengan adanya pendekatan historis-filosofis yang penulis gunakan dalam artikel ini. Melalui signifikansi Makkiyah dan Madaniyah ini terlihat bahwa al-Qur’an menerapkan hukum terhadap sesuatu secara gradual sesuai dengan mukhatab yang dihadapi oleh Rasulullah. Khamr pada mulanya dalam ayat Makkiyah tidak disebutkan pengharamannya secara tegas. Namun pada ayat Madaniyah khamr secara tegas Misbahul HudaAbstrakAl-Qur’an sebagai kitab pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat, menjadikannya sebagai teks yang harus dikaji dengan serius. Sifat universalitas dan kompleksitas yang dikandung al-Qur’an menuntut para ulama untuk merumuskan teori, pendekatan, atau kaidah-kaidah yang perlu dijadikan landasan dalam memaknai al-Qur’an. Maka dari itu, para ulama mencoba untuk mengklasifikasikan dalam bentuk ilmu-ilmu al-Qur’an. Salah satu ilmu al-Qur’an yang digunakan dalam memahami makna dari al-Qur;an adalah ilmu tentang Makkiyah dan Madaniyah. Seiring berkembangnya zaman, dalam merumuskan teori, pendekatan, atau kaidah-kaidah dalam menentukan Makkiyah dan Madaniyah dituntut harus lebih elastis dan fleksibel. Maka dari itu, salah satu ulama yang bernama Fazlur Rahman menawarkan sebuah pendekatan yang nantinya akan terjalin pertautan antara teks al-Qur’an, konteks sejarah dan kondisi, dan kontekstual situasi yang sedang dihadapi, pendekatan tersebut adalah pendekatan historis-sosiologis. Akan tetapi, satu hal yang perlu dipahami adalah al-Qur’an “wahyu” sampai kapan pun tidak akan berubah, yang berubah hanya cara dalam memaknai al-Qur’an itu has not been able to resolve any references for this publication.

KegunaanMengetahui ayat al-Makki dan al-Madani. · Membedakan ayat yang Nasikh dan Mansukh, yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan.kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang makkiyah inilah yang dinasakh oleh ayat yang madaniyah.

Pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, sering kita mendengar istilah surat Makkiyah dan Madaniyah dalam al-Quran, sudahkah anda mengetahui perbedaan keduanya? Sederhananya, kedua jenis surat tersebut dibedakan berdasarkan waktu turunnya. Untuk lebih lengkapnya, silakan simak pembahasan berikut. Al-Quran Turun Secara Berangsur-angsurUlama Membagi Al-Quran Menjadi Dua Bagian Makkiyah dan MadaniyahBagaimana Membedakan Surat Makkiyah dan Madaniyah?Faedah-faedah dari Mengenal Makkiyah dan Madaniyah Al-Quran Turun Secara Berangsur-angsur Allah Ta’ala menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Mayoritas suratnya turun di Makkah. Dalil bahwa al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur adalah sebagaimana perkataan Allah Ta’ala, وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا “Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” al-Israa 106 Ulama Membagi Al-Quran Menjadi Dua Bagian Makkiyah dan Madaniyah Para ulama membagi surat-surat di dalam al-Quran menjadi dua bagian Makkiyah yaitu surat yang turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke Madinah. Madaniyah yaitu surat yang turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam setelah beliau berhijrah ke Madinah. Atas dasar itu, maka perkataan Allah Ta’ala pada surat al-Maidah ayat 3 merupakan bagian dari surat Madaniyah sekalipun ayat ini turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Makkah tatkala beliau menunaikan ibadah haji[1] di tempat yang disebut dengan Arafah karena ayat tersebut turun setelah Hijrah Nabi ke Madinah. Ayat tersebut adalah الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” al-Maidah 3 Tentang ayat di atas, Umar radhiyallahu anhu menjelaskan sebagaimana yang diriwayatkan di dalam hadits sahih, قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ، وَالمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ “Sungguh kami telah mengetahui hari yang dimaksud pada ayat tersebut dan tempat diturunkannya ayat tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ayat tersebut turun dalam keadaan beliau berdiri di Arafah pada hari Jumat.” Muttafaq alaih[2] Bagaimana Membedakan Surat Makkiyah dan Madaniyah? Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala. Supaya kita dapat membedakan antara surat Makkiyah dari Madaniyah, perlu kita mengetahui metode-metode dan gaya bahasa yang digunakan pada seluruh surat di dalam al-Quran. Adapun dari sisi metode yang digunakan dapat kita ketahui sebagai berikut Mayoritas surat Makkiyah menggunakan gaya bahasa yang kuat. Materi pembicaraan yang digunakan bersifat tegas. Hal ini dikarenakan mayoritas orang yang diajak bicara adalah para penentang yang angkuh. Sehingga, tidak pantas digunakan metode lain kecuali metode ini. Sebagai contohnya, bacalah surat al-Muddatsir dan al-Qamar. Adapun surat-surat Madaniyah mayoritasnya menggunakan gaya bahasa yang lembut dan halus. Hal ini karena kebanyakan orang yang diajak bicara adalah orang-orang yang menerima dan tunduk. Sebagai contohnya, silahkan baca surat al-Maidah. Mayoritas surat Makkiyah pendek ayatnya hal ini untuk menegakkan hujjah. Karena kebanyakan orang yang mendengarnya adalah para penentang dan suka menyelisihi. Maka mereka diajak bicara sesuai dengan keadaan mereka. Sebagai contohnya silahkan baca surat ath-Thur. Dari sisi pembahasan, kita dapat membedakan antara Makkiyah dan Madaniyah dengan mengetahui hal-hal berikut Mayoritas surat Makkiyah mengandung penegasan tentang tauhid, keyakinan yang benar, dan secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan keimanan terhadap hari kebangkitan hari kiamat. Hal ini karena mayoritas orang yang diajak bicara mengingkari hal tersebut. Adapun surat-surat Madaniyah, mayoritasnya mengandung perincian tentang ibadah dan muamalah interaksi sesama makhluk. Hal ini karena kebanyakan orang yang diajak bicara telah terpatri pada jiwa-jiwa mereka tauhid serta keyakinan yang benar. Sehingga mereka membutuhkan perincian terkait ibadah dan muamalah. Pada surat Madaniyah banyak disebutkan pada tentang jihad beserta hukumnya, munafikin serta keadaan mereka. Karena jihad disyariatkan di Madinah, begitupula muncul kemunafikan. Berbeda dengan surat-surat Makkiyah. Faedah-faedah dari Mengenal Makkiyah dan Madaniyah Pembaca yang semoga dijaga oleh Allah Ta’ala. Mengetahui pembahasan terkait Makkiyah dan Madaniyah termasuk satu dari sekian jenis ilmu al-Quran yang amat penting. Ya, karena di dalamnya terkandung beberapa faedah antara lain Tampak nyata bahwa gaya bahasa al-Quran mencapai puncak keagungannya. Hal ini karena al-Quran mengajak bicara kepada setiap kaum sesuai kondisi mereka berupa gaya bahasa yang bersifat tegas maupun lembut dan mudah. Tampak nyata hikmah dari suatu syariat pada puncak tertinggi. Hal ini kerena al-Quran memberlakukan syariat secara bertahap, perlahan-lahan, dimulai dari perkara terpenting. Hal ini dengan mengacu pada kondisi orang-orang yang diajak bicara dan kesiapan mereka untuk menerima dan menerapkan syariat. Mendidik para dai yang berdakwah di jalan Allah serta mengarahkan mereka untuk mengikuti jalan yang ditempuh al-Quran pada metode maupun pembahasan. Metode tersebut diterapkan dengan mengacu kepada orang-orang yang diajak bicara yaitu dengan cara mendahulukan perkara yang terpenting kemudian yang terpenting berikutnya. Sehingga, diupayakan untuk menggunakan gaya bahasa yang bersifat tegas pada tempatnya dan kelembutan pada tempatnya. Membedakan antara ayat yang nasikh yang menghapus dan ayat yang mansukh yang dihapus. Penerapannya adalah jika didapati dua ayat yang satu Makkiyah dan yang kedua Madaniyah kemudian terpenuhi syarat-syarat naskh penghapusan hukum maka ayat Madaniyah menghapus hukum yang ada pada ayat Makkiyah karena ayat Madaniyah yang turun terakhir. Semoga Allah memberikan manfaat dari tulisan ini kepada kita dan kaum muslimin. Amin UKA-ALF [1] Yang disebut di dalam sejarah dengan Haji Perpisahan’. [2] HR. al-Bukhari di di dalam Shahihnya no. 45 dan Muslim di dalam Shahihnya no. 3015 3 Untuk mengetahui perbedaan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah. D. Manfaat Penulisan Menambah khazanah ilmu pengetahuan BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Al-Qur'an Qara'a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira'ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang jadi pedoman hidup bagi manusia untuk hidup di dunia. Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kemudian disebarkan ke umatnya. Al-Quran diturunkan kepada Nabi SAW secara berangsur-angsur kurang lebih selama 23 tahun. Secara umum, Al-Qur'an diturunkan di dua kota yaitu kota Mekkah dan kota Madinah. baca juga pengertian Al-Qur'an Para ulama kemudian membedakan surat dalam Al-Qur'an menjadi dua, yaitu surat yang masuk golongan surat Makkiyah serta surat yang masuk dalam golongan surat Madaniyah. Istilah Makkiyah diambil dari kata Mekkah, merujuk pada kota Mekkah. Sedangkan istilah Madaniyah diambil dari kata Madinah, merujuk pada kota Medinah. Secara umum surat Makkiyah diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah, sedangkan surat Madaniyah diturunkan sesuah Rasulullah SAW hijrah. Namun kedua golongan itu tidak hanya dibedakan dari waktu turunnya ayat saja. Ada beberapa perbedaan mencolok antara surat yang masuk kategori Makkiyah dan Madaniyah, mulai dari isi kandungan ayat hingga gaya bahasa yang digunakan. Terdapat ilmu Makki dan ilmu Madani yang digunakan untuk membahas bagian-bagian dari Al-Qur'an itu sendiri, mulai dari makna, tema ayat hingga kalimat yang digunakan. Berikut akan ditampilkan info Islami mengenai pengertian Makkiyah dan Madaniyah beserta ciri-cirinya dan perbedannya didasarkan pada bebarapa aspek. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah Surat Makkiyah Surat Makkiyah merupakan surat yang ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah SAW sebelum hijrah ke Madinah atau di kota Mekkah. Surat yang termasuk dalam kategori Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun. Biasanya surat Makkiyah ayatnya termasuk pendek sehingga umumnya surat pendek Al-Qur'an juz 30 tergolong surat Makkiyah. Ciri Ciri Surat Makkiyah Ayat-ayat pada surah Makkiyah tergolong pendek Gaya bahasa dan kalimat dalam ayat surat Makkiyah cenderung kuat dan keras. Susunan ayat pada surat Makkiyah jelas Umumnya akhir ayat surat Makkiyah menggunakan sajak Surat Makkiyah mengandung kata 'Ya ayyuhan nas' Banyak mengajarkan ajaran tauhid dan akidah serta perintah dan beribadah pada Allah SWT Banyak membahas mengenai hari kiamat, hari kebangkitan dan hari pembalasan beserta gambar surga dan neraka. Banyak bercerita tentang Nabi dan umat-umat terdahulu Mengandung dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia dalam suatu masyarakat. Surat Madaniyah Surat madaniyah merupakan surat yang ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah SAW sesudah hijrah ke Madinah atau diturunkan di kota Madinah. Sebuah surat bisa saja sebagian ayatnya termasuk dalam kategori Madaniyah dan sebagian lain masuk dalam kategori Makkiyah. Umumnya ayat pada surat Madaniyah termasuk agak panjang. Ciri Ciri Surat Madaniyah Ayat-ayat pada surah Madaniyah tergolong panjang Gaya bahasa dan kalimat dalam ayat surat Makkiyah cenderung agak lembut. Surat Madaniyah mengandung kata 'Ya ayuhhal ladzina amanu' Tiap surat Madaniyah berisi tentang kewajiban. Banyak mengandung tentang penjelasan ibadah, muamalah, warisan, jihad dan hukum perundang-undangan. Banyak mengandung seruan pada ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani untuk masuk Islam dan penjelasan mengenai penyimpangan terhadap kitab-kitab Allah. Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah Perbedaan waktu diturunkannya ayat Surah Makkiyah diturunkan sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, sedangkan surah Madaniyah diturunkan setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Perbedaan tempat diturunkannya ayat Surat Makkiyah umumnya diturunkan di kota Mekkah yang meliputi Mina, Arafah dan Hudaybiyah, sedangkan surat Madaniyah umumnya diturunkan di kota Madinah meliputi Badar dan Uhud. Perbedaan jumlah ayat Surat Makkiyah umumnya memiliki jumlah ayat yang cenderung pendek, sedangkan surat Madaniyah umumnya memiliki jumlah ayat yang cenderung agak panjang. Perbedaan tema surat Surat Makkiyah umumnya berisi tentang tauhid dan akidah, sedangkan surat Madaniyah umumnya berisi tentang penjelasan ibadah dan muamalah. Perbedaan gaya bahasa Ayat-ayat pada surat Makkiyah umumnya menggunakan kalimat yang kuat dan keras, sedangkan ayat-ayat pada surat Madaniyah umumnya menggunakan kalimat yang agak lembut dan mudah dicerna. Perbedaan seruan yang disampaikan Surat Makkiyah umumnya ditujukan pada penduduk kota Mekkah, sedangkan surat Madaniyah umumnya diturunkan pada penduduk kota Madinah. Itulah info Islami mengenai pengertian, ciri-ciri serta perbedaan Makkiyah dan Madaniyah yang didasarkan pada beberapa aspek mulai dari waktu dan tempat diturunkannya ayat, jumlah ayat, gaya bahasa hingga tema yang dibahas. Sekian info kali ini, mohon maaf jika ada kesalahan. Semoga bisa bermanfaat bagi kaum muslim pembaca.
Pembahasantentang makkiyah dan madaniyah mulai diklasifikasikan untuk menetapkan periode hukum. Sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap dalam menentukan hukum fiqih, ijtihaj, maupun pemikiran hukum yang dikandung ayat-ayat al-qur’an. Ruang lingkup pembahasan ini merupakan dasar-dasar umum dari usaha para ulama untuk memperlajari ayat
Keywords ayat-ayat Makkiyah, ayat-ayat Madaniyah Abstract Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan malaikat Jibril, Al-Qur’an berisi petunjuk bagi umat manusia agar memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Isi kandungan Al-Qur’an meliputi tauhid, ibadah, janji dan ancaman, jalan menuju kebahagian, sejarah orang-orang masa lalu. Al-Qur’an, secara geografis di turunkan di dua tempat yaitu Mekkah atau sekitarnya dan Madinah atau sekitarnya. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya dinamakan dengan ayat-ayat Makkiyah. Sedangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya dinamakan dengan ayat-ayat Madaniyah. Pengklasfikasian ayat-ayat Al-Qur’an ini tidak dilakukan oleh Rasulullah saw, akan tetapi pengklasfikasian ini merupakan hasil ijtihad para ulama. Ayat-ayat Makkiyah merupakan ayat-ayat yang turun kepada Rasulullah saw sebelum beliah hijrah ke Madinah. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah turun setelah Beliau hijrah ke Madinah. Pengklasifikasian ini penting sekali untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an secara lebih mendalam dalam kontek apa dan dalam situasi bagaimana ayat tersebut diturunkan. Disamping itu pengklasifikasian ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan geografis ini berkaitan dengan obyek Al-Qur’an diturunkan, di mana ayat-ayat Makkiyah ditujukan kepada orang-orang kafir Mekkah dan isi kandungannya berupa ketauhidan, janji dan ancaman dan akhlak. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah ditujukan kepada orang-orang Madinah baik golongan Anshor maupun Muhajirin yang sudah beriman dan isinya lebih banyak bersifat sosial Downloads Download data is not yet available.
Padakesempatan ini kami akan mengulas tentang jumlah surat dalam Al-Quran lengkap dengan ayat dan terjemahnya, mari simak! Jumlah Surat Dalam Al- Quran dan Urutannya. Baca Juga: 5 Keutamaan Surat Al-Mulk, Bacaan Al Quran Sebelum Tidur. 1. Al-Fatihah: Pembukaan, 7 ayat, Makiyah. 2. Al-Baqarah: Sapi Betina, 286 ayat, Madaniyah. 3.
0% found this document useful 0 votes3K views20 pagesOriginal TitleMAKALAH MAKKIYAH DAN MADANIYAHCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3K views20 pagesMakalah Makkiyah Dan MadaniyahOriginal TitleMAKALAH MAKKIYAH DAN MADANIYAHJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Kataal-makiyah dan al-madaniyah merupakan penisbatan terhadap kedua nama kota besar di Saudi Arabia, yaitu “Mekkah dan Madinah”. Menurut al-Qatthan ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ayat makkiyah atau madaniyah yaitu: SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ulum al-Qur'an AL-MAKKIYAH DAN AL-MADANIYAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an Dosen pengampu Yuyun Affandi, Lc., Disusun Oleh Azwar Ubaidillah 1601016094 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALIONGO SEMARANG 2017 I. PENDAHULUAN Mempelajari ayat ayat qur’an dengan tahapannya sehingga dapat menentukan waktu serta tempat turunnya dan, dengan bantuan tema surah atau ayat, untuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk makky atau madany, ataukah iya merupakan tema tema yang menjadi titik tolak dakwah di makkah atau di madinah. Yang terpenting dipelajari dalam pembahasan ini ialah 1 yang di turunkan di makkah 2 yang di turunkan di madinah 3 yang di perselisihkan. Inilah macam macam ilmu qur’an yang pokok, berkisar di sekitar makky dan madany oleh karenanya di namakan “ilmu makky dan madany”. Makalah ini kami buat supaya pembaca mengetahui perbedaan surat makkiyah dan madany, mengetahui ciri cirri al makkiyah dan al madaniyah, selanjutnya mengetahui faedah al makkiyah dan al madaniyah. II. RUMUSAN MASALAH Pengertian Makkiyah dan Madaniyah Ruang lingkup pembahasan Makkiyah dan Madaniyah Metode membedakan ayat Makkiyah dan Madaniyah Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah Urgensi Ilmu Makkiyah dan Madaniyah Faedah mempelajari Makkiyah dan Madaniyah III. PEMBAHASAN Pengertian Makkiyah Dan Madaniyah Pembedaan makkiyah dan madaniyah sangat mendapat perhatian dari para ahli ilmu al-qur’an disebabkan korelasi ayat makkiyah dan madaniyah menimbulkan konsekuensi hukum syariah. Apabila ayat hukum itu turun di makkah maka akan terhapus hukumnya oleh ayat-ayat yang diturunkan di madinah. Konsekuensi ini menuntut para ahli untuk berupaya menentukan setepat mungkin masalah makkiyah dan madaniyah. Maka para ahli ilmu al-qur’an berbeda pendapat dalam menentukan defenisi makkiyah dan madaniyah terdapat empat pendekatan dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah Pertama pendekatan historis mulahadzatu zamanin nuzul yaitu teori yang berorientasi pada sejarah masa turunnya wahyu. Ulama mendifinisikan makkiyah adalah ayat yang diturunkan di makkah sekalipun turunnya setelah hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun di madinah. Kedua pendekatan geografis mulahadzatu makanin nuzul teori ini berorientasi pada tempat turunnya ayat. Maka ayat makkiyah ialah ayat yang turun di makkah dan sekitarnya seperti mina dan arafah atau hudaibiyah. Sedangkan madinah ayat yang turun di madinah dan sekitarnya seperti uhud, quuba dan salwa. Ketiga pendekatan obyek mulahadzatul mukhotobin fin nuzul teori ini berorientasi kepada obyek yang ditunjukkan oleh ayat. Maka makkiyah ialah ayat yang ditunjukkan bagi orang-orang makkah. Menurut pendapat ini bahwa firman allah yang menyeru kepada seluruh manusia ya ayyuhannas adalah makkiyah. Sedangkan ayat yang ditunjukkan kepada orang-orang mukmin ya ayyuhalladzina aamanuu adalah madaniyah. Keempat pendekatan konstektual mulahadzatu maa tadammanathu assuratu, teori ini berorientasi kepada kandungan ayat maupun surat termaksud. Dengan demikian setiap surat mengandun kisah-kisah lama, konsep tauhid, suri tauladan dan semacamnya termasuk makkiyah, sedangkan yang mengandung pembentukan masyarakat, hukum, ekonomi, dan semacamnya termasuk madaniyah.[1] 2. Ruang Lingkup Pembahasan Makkiyah Dan Madaniyah Pembahasan tentang makkiyah dan madaniyah mulai diklasifikasikan untuk menetapkan periode hukum. Sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap dalam menentukan hukum fiqih, ijtihaj, maupun pemikiran hukum yang dikandung ayat-ayat al-qur’an. Ruang lingkup pembahasan ini merupakan dasar-dasar umum dari usaha para ulama untuk memperlajari ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, sehingga ilmu ini dinamakan ilmu makkiyah dan madaniyah. Mengenai ayat-ayat yang turun di makkah, madinah dan tempat yang berada disekitar dua tempat tersebut maupun yang diperdebatkan diantara keduanya lebih tepat dalam pembahasan ini. Jumlah surat al-qur’an 114 surat 20 diantaranya madaniyah, terdapat 82 surat yang kesemuanya makkiyah, sedangkan yang dipertentangkan 12 surat. Yang termasuk surat-surat madaniyah terdapat 20 surat al-baqarah 2. Al-imran 3. An-nisa 4. Al-maidah 5. An-anfal 6. At-taubah 7. An-nur 8. Al-ahzab 9. Muhammad 10. Al-faht 11. Al-hujurat 12. Al-hadied 13. Al-mujadalah 14. Al-hasyr 15. Al-mumtahanah 16. Al-jumah 17. Al-munafiqun 18. At-thalaq 19. At-tahriem 20. An-nashr.[2] 3. Metode Membedakan Ayat Makkiyah Dan Madaniyah Para Ulama’ membuat dua pedoman dasar dalam membedakan ayat-ayat diatas, sbb 1. Pedoman samai naqli pemindahan riwayat. 2. Pedoman qiyas ijtihadi mengambil contoh untuk dijadikan analogi dengan dasar ijtihad yang dikemukakan. Pedoman pertama didasarkan atas riwayat shahih dari para sahabat yang hidup dan mempelajarinya pada saat turunnya wahyu itu, atau para tabi’in yang mempelajari Al-Qur’an dari para sahabat dan mendengarnya dari mereka tentang hal ikhwal turunnya wahyu itu. Kebanyakan ayat-ayat yang diturunkan di makkah dan madinah diketahui mereka. Pedoman kedua didasarkan pada kekhususan ayat-ayat makiyyah dan ayat-ayat madaniyah. Apabila dalam satu surat makkiyah terdapat spesifikasi ayat madaniyah maka disebut madaniyah ataupun sebaliknya. Metode ini dikenal dengan metode qiyas ijtihadi.[3] 4. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah Para ulama menetapkan surat-surat makkiyah dan madaniyah, mereka mengambil kesimpulan analogis dari setiap ayat-ayat tersebut yang menjelaskan tentang kekhususan ushlub dan topic yang ia miliki, serta menyusun pula undang-undang penentuan Makkiyah dan Madaniyah serta keistimewaannya masing-masing. Ciri-ciri Makkiyah Setiap surat didalamnya terdapat ayat sajdah maka ayat tersebut makkiyah Setiap surat yang lafadnya terdapat kalimat كلا maka surat itu Makkiyah, dan disebutkan sama sekali kecuali dipertengahan akhir dari Al-Qur’an. Dan ia disebutkan 33 kali dalam 15 surat Setiap surat yang didalamnya menceritakan kisah-kisah Nabi dan ummat terdahulu maka ia disebut makkiyah selain Al-Baqarah Ciri-ciri madaniyah Setiap surat yang menerangkan tentang kewajiban dan sanksi hukum maka disebut madaniyah. Setiap surat yang didalamnya terdapat penyebutan orang munafik maka ia madaniyah selain surat al-Ankabut sesungguhnya surat itu makkiyah. Setiap surat yang didalamnya terdapat pertentangan ahli kitab adalah madaniyah.[4] 5. Urgensi Ilmu Makkiyah dan Madaniyah Kita melihat bahwa umat islam berusaha menjaga keagungan dan keabadian risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, risalah yang dibawanya merupakan ajaran yang membawa kesadaran para pemikir disetiap zaman. Telaah tentang Makkiyah dan Madaniyah sangat dibutuhkan sekali. Berangkat dari kesadaran ini, maka kemudian para ulama merincinya satu persatu ayat demi ayat, surat demi surat, untuk menertibkannya sesuai dengan masa turunnya, dengan tetap memperhatikan kondisi sejarah, masa, tempat, dan obyek yang ditunjukknya. Mereka memperhatikan masa diturunkannya maupun tempatnya. Ada kalanya mereka mengumpulkan data-data itu sesuai dengan masa, tempat dan penunjukkannya. Sungguh suatu kerja yang patut dipuji, para ulama telah memberikan telaah yang komperehensif dan representatif dalam bidang ini.[5] 6. Faedah Mempelajari Makkiyah Dan Madaniyah Sebagai satu petunjuk dalam menafsirkan Al-Qur’an karena mengetahui tempat turunnya Al-Qur’an membantu pemahaman ayat dan tafsirnya dengan penafsiran yang benar, meskipun hal ini membantu secara umum saja tidak pada sebab-musababnya. Mengetahui strategi dakwah rasulallah dan mengamalkannya untuk mengembangkan dakwah dimasyarakat. Bahwa strategi defensif tidak selalu merupakan kekalahan dalam memperjuangkan kebenaran, sebaliknya strategi ofensif membuktikan bahwa manusia mampu menciptakan revolusi moral yang mencengankan. Membantu pengembangan wacana tafsir Al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena dengan mengetahui pembahasan ini mufassir akan merasa ikut terbawa dengan gaya bahasa yang dipakai dalam ayat-ayat makkiyah yang menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Allah sebagai bukti tauhidullah dan ayat-ayat madaniyah yang menjelaskan hukum secara definitif dan gaya bahasanya yang tegas. Mengetahui hukum-hukum yang turun terakhir kali sehingga dapat mengetahui kedudukan nasikh dan mansuf serta dapat mengambil keputusan hukum yang baik dan benar. Usaha menggali sedalam mungkin suri tauladan dan akhlakul karimah rasulullah dari setiap ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada beliau. Karena mempelajari masa turunnya wahyu kepada rasulullah merupakan upaya mempelajari perjalanan dakwah beliau dari kota makkah sampai kota madinah, hingga akhir hayat beliau. Ini juga merupakan salah satu metode dakwah kepada umat manusia, agar mereka benar-benar yakin akan firman Allah yang diturunkan kepada nabi supaya mereka meyakini bahwa Al-Qur’an adalah sumber asasi dalam dakwah yang mereka lakukan.[6] Untuk di jadikan alat bantu dalam menafsirkan qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekali pun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu. Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode Makkah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir di turunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi hidup Rasulullah dan umatnya.[7] IV. KESIMPULAN Di era sekarang, banyak masyarakat membaca Al-Qur’an tanpa mengetahui apakah itu ayat makkiyah atau ayat madaniyah, perbedaan ayat makkiyah dan madaniyah terdapat pada tempat turunnnya, kapan turunnya, dan fungsi turunnya ayat tersebut. Al-Makkiyah adalah surat yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrah dan didalamnya menceritakan kisah-kisah Nabi dan ummat terdahulu, sedangkan Al-Madaniyah diturunkan di madaniyah setelah hijrah nabi Muhammad dan didalamnya menerangkan tentang kewajiban dan sanksi hukum. Salah satu faedah mengetahui Al-makkiyah dan Al-madaniyah adalah Sebagai satu petunjuk dalam menafsirkan Al-Qur’an karena mengetahui tempat turunnya Al-Qur’an membantu pemahaman ayat dan tafsirnya dengan penafsiran yang benar, meskipun hal ini membantu secara umum saja tidak pada sebab-musababnya. V. PENUTUP Demikian makalah ini kami susun. Terima kasih atas antusiasme dari pembaca yang sudi menelaah dan mngimplementasikan isi makalah ini. Saran konstruktif tetap kami harapkan sebagai bahan perbaikan. Sekian. DAFTAR PUSTAKA Hamid, Shalahuddin, Study Ulumul Qur’an, Jakarta selatan intimedia ciptanusantara, 2002. Mudzakir AS., STUDI ULUMUL QUR’AN , Surabaya CV. Litera Antar Nusa, 2012 Anas, Idhoh, kaidah kaidah ulumul qur’an, Pekalongan Al-Asri, 2008 [1] Shalahuddin Hamid, study ulumul qur’an, 2002, hlm. 191-194 [2] Op. cit hlm. 195 [3] Op. cit hlm. 204-205 [4] Op. cit hlm. 205-206 [5] Shalahuddin Hamid, study ulumul qur’an, 2002, hlm. 189 [6] Op. cit hlm. 207-208 [7] Drs. Mudzakir AS., STUDI ULUMUL QUR’AN, 2012, hlm. 81-82
SurahAl-A'raf (bahasa Arab: سورة الأعراف, translit. sūrah al-a‘rāf, har. 'tempat di ketinggian'‎) adalah surah ke-7 dalam al-Qur'an.Surah ini terdiri atas 206 ayat dan termasuk pada golongan surah Makkiyah.Surah ini diturunkan sebelum turunnya surah Al-An'am dan termasuk golongan surah Assab 'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). ). Dinamakan Al-A'raf karena perkataan Al-A
Apakah kamu sedang belajar bahasa Arab? Pada materi lanjutan ini, kamu akan belajar mengenal sebutan jenis surat atau ayat dalam Al-Quran. Di dalam ajaran Islam, surat atau ayat Al-Quran memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri yaitu Makkiyah dan Madaniyah. Mungkin di tahap ini, kamu masih merasa bingung membedakan bagaimana surat Makkiyah dan Madaniyah di dalam Al-Quran. Nah, artikel Lister kali ini akan membahas mengenai pengertian, ciri-ciri, dan contoh surat yang Makkiyah dan Madaniyah yang perlu kamu tahu! Definisi Makkiyah dan Madaniyah Makkiyah adalah ayat-ayat yang di turunkan di Makah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang di turunkan di Madinah. Dalam pengertian lain, Makkiyah merupakan ayat atau surat yang di turunkan sebelum Nabi hijrah, sedangkan Madaniyah adalah ayat atau surat yang di turunkan setelah Nabi hijrah. Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah Melansir dari laman begini karakteristik dari surat Makkiyah dan Madaniyah dari Ahmad Fuad Effendy dalam bukunya berjudul, Sudahkah Kita Mengenal al-Quran? Ciri-ciri surat dengan sebutan Makiyyah memiliki karakteristik sebagai berikut Ayat yang jika dibaca, maka disunnahkan kepada pembaca dan pendengarnya untuk melakukan sujud ayat SajdahKata kallaa disebut 33 kaliFrasa yaa ayyuha an-naas dan sebaliknya, tidak ada yaa ayyuha alladziina aamanu kecuali surah al-HajKisah nabi-nabi dan umat-umat terdahulu kecuali surah al-BaqarahKisah Nabi Adam AS dan Iblis kecuali surah al-BaqarahPembukaan surah berupa huruf-huruf lepas, seperti qaf, shad, alif-lam-mim-ra, alif-lam-mim kecuali surah al-Baqarah dan surah Ali ImranAyat dan surahnya pendek-pendekUngkapannya keras, cenderung puitis, menyentuh hatiBanyak terdapat kesamaan bunyiBanyak menggunakan huruf qasam sumpahBanyak kecaman kepada kaum musyrikPenekanan pada dasar-dasar keimanan kepada Allah dan Hari Akhir, serta penggambaran surga dan nerakaBanyak tuntunan mengenai akhlaq al-karimah akhlak yang baik Adapun ciri-ciri surat madaniyah adalah sebagai berikut ini Izin untuk perang dan hukum-hukumnyaRincian hukum tentang hudud, ibadah, undang-undang sipil, sosial, dan hubungan antar-negaraPenyebutan tentang kaum munafik kecuali surah al-AnkabutPenyebutan tentang ahli kitabAyat dan surahnya tenang, cenderung prosais, yang ditujunya adalah akal pikiranBanyak mengemukakan bukti dan argumentasi mengenai kebenaran-kebenaran agama. Contoh Ayat/Surat Makkiyah dan Madaniyah Jika kamu masih bingung membedakan jenis-jenis surat Makkiyah dan Madaniyah, di bawah ini adalah ayat dan surat dalam Al-Quran yang memiliki karakteristik makkiyah dan madaniyah. Ayat Makiyyah Metode penyampaian pada mayoritas ayat-ayat makkiyyah itu tegas, dan seruannya juga kuat, karena kebanyakan orang-orang yang diseru dengan ayat-ayat makkiyyah ini adalah tipe orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan sombong, maka tentunya tidak layak bagi mereka melainkan dengan metode penyampaian dan seruannya yang kuat. Contoh QS AL-QAMAR Ayat Madaniyah Sedangkan ayat-ayat madaniyyah, maka kebanyakan metode penyampaian di dalam ayat-ayat tersebut adalah lembut dan seruannya mudah, karena kebanyakan orang-orang yang diseru dengan ayat-ayat madaniyyah adalah tipe orang-orang yang tunduk dan menerima kebenaran. Silakan baca surat Al-Maidah. Contoh QS AL MAIDAH
Pembelajaran Pendidikan, Pengalaman, Inspirasi dan Motivasi Makalah Metode Mempelajari Al-Qur'an Dapatkan link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Aplikasi Lainnya

Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam untuk seluruh umat manusia di bumi ini dengan fungsi al-quran sebagai petunjuk ke jalan yang lurus serta ke arah tujuan yang terang, yaitu dengan menegakkan azas-azas kehidupan yang berdasarkan pada keimanan kepada Allah SWT serta kepada sebagai umat islam tentunya tahu bahwa ayat-ayat Al-qur’an diturunkan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Mekkah Al- Makkiyah dan Madinah Al- Madaniyah. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui manakah ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT di Mekkah dan mana ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah? Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT baik itu di Mekkah dan di Madinah memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi makna maupun dari segi ini ada beberapa ciri-ciri ayat makiyah dan madaniyah yang menandakan di manakah ayat Al-qur’an tersebut diturunkan Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa ayat makkiyah merupakan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT di kota Mekkah, yaitu sebelum Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam berhijrah ke Madinah. Beberapa ayat tersebut di antaranya adalah Al- fatihah, Al- A’raf, Yunus, Al- An’am, Ar- Rad, Yusuf, An- Nahl, Al- Isro, Al- Hajj, dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an lainnya. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang menandakan Al- Makiyyah, seperti 1. Kata-kata atau kalimat yang dipergunakanAda beberapa hal yang terkait dengan kata-kata atau kalimat yang menjadi ciri dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah Al- Makkiyyah, di antaranya Memiliki ayat atau suku kata yang pendek-pendek,Kata-kata yang dipergunakan dalam ayat tersebut sangat mengesankan bersajak / penuh dengan syair serta ungkapan perasaanKalimat yang dipergunakan juga tergolong fasih dan balighBanyak qasam, tasybih, dan bahasa yang dipergunakan jarang sekali bersifat kongkrit maupun realistis materialisDi dalam setiap surat terdapat lafadz kalla dan ya Kandungan atau isiSelain beberapa ciri di atas, kita juga bisa mengetahui ayat-ayat Al- Makiyyah dengan melihat dan memperhatikan dari isi yang terkandung di dalam surat atau ayat-ayat teresebut, seperti Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah berisikan tentang ajakan untuk bertauhid, beribadah kepada Allah SWT, serta meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada yang selain Allah Al- makiyyah juga mengisahkan tentang para nabi dan kehidupan umat-umat terdahulu,Pembuktian tentang risalah Allah SWT,Kebenaran akan adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan,Kedatangan hari kiamat dan segala kengeriannya,Penjelasan tentang surga dan segala kenikmatannya, serta neraka dan segala yang ditujukan untuk orang-orang musrik yaitu dengan mempergunakan bukti-bukti rasional serta ayat-ayat MadaniyyahIni merupakan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya dalam bentuk ayat atau surat-surat yang diturunkan oleh Allah SWT tepatnya ketika Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam telah berhijrah ke Madinah. Beberapa surat-surat dalam Al-Qur’an yang tergolong sebagai Al- Madaniyyah di antaranya adalah QS. Al- Baqarah, QS. An-Nisa’, QS. Ali Imron, QS. Al- Maidah, QS. At- Taubah, QS. Al- Hujurat, dan beberapa surat lainnya. Adapun ciri-ciri dari ayat atau surat yang tergolong Al- Madaniyyah di antaranya adalah 1. Kata-kata atau kalimat yang dipergunakanAyat atau surat-surat yang tergolong Al- Madaniyyah mempergunakan kata-kata atau kalimat yang bermakna mendalam, kuat, dan juga kalimat-kalimat ushul serta ungkapan seruan “Ya ayyuhalladzina aamanuu”Ayatnya panjang-panjang dan menggunakan gaya bahasa yang dapat menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan syariat,2. Kandungan atau isiDi dalamnya berisikan tentang kewajiban bagi setiap makhluk serta sanksi-sanksinya, seperti perintah untuk beribadah serta beramal sholeh, perintah untuk berjihad, perintah kepada ahli kitab untuk masuk islam, perintah untuk berdakwah, dan lain sebagainyaDi dalam setiap surat yang tergolong Al- Madaniyyah disebutkan tentang orang-orang munafik, kecuali dalam QS. Al- dalam surat yang tergolong Al- Madaniyyah terdapat dialog yang terjadi dengan para ahli kitabBerisi tentang hukum dan perundang-undanganPerbedaan ayat makkiyah dan madaniyahPenting bagi kita sebagai umat muslim untuk mengetahui perbedaan antara ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah SWT di Madinah. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, di antaranya Agar kita dapar lebih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan dapat mentafsirkannya dengan tafsiran yang benar, meskipun pada dasarnya yang menjadi pegangan adalah pengertian umum dari lafadz kita untuk bisa lebih meresapi gaya bahasa dalam Al-Qur’an serta dapat mempergunakannya di dalam berbagai metode berdakwah untuk menuju jalan yang diridhoi Allah kita untuk mengetahui mana saja ayat Al-Qur’an yang turun lebih dulu dan yang turun membantu kita untuk mengetahui dan lebih memahami tentang sejarah pensyariatan hukum-hukum islamDapat meningkatkan keyakinan kita kepada Allah SWT, khususnya terhadap kesucian, kemurnian, serta keaslian Al-Qur’ juga artikel islam lainnyaHal – Hal Yang Menghapus Amal IbadahZina Dalam IslamDoa Ibu Hamil Untuk Anak Dalam KandunganMembangun Rumah Tangga Dalam IslamKeutamaan BersedekahCiri – Ciri Istri ShalehahMencari Jodoh Dalam IslamCiri Wanita yang Baik untuk Dinikahi Menurut IslamTa’aruf Menurut IslamSyarat – Syarat Dalam Akad NikahSyirik Dalam IslamKeutamaan Malam Lailatul QodarPacaran Dalam IslamMerayakan Ulang Tahun dalam Islam

opZU.
  • cx3h75u1ox.pages.dev/493
  • cx3h75u1ox.pages.dev/30
  • cx3h75u1ox.pages.dev/326
  • cx3h75u1ox.pages.dev/156
  • cx3h75u1ox.pages.dev/103
  • cx3h75u1ox.pages.dev/47
  • cx3h75u1ox.pages.dev/132
  • cx3h75u1ox.pages.dev/83
  • makalah ayat makiyah dan madaniyah